PANCASILA

1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Translate

• Brigjend Katamso

Brig. Jen. TNI Anum. Katamso (1923-1965)

Tahun-tahun Awal
Katamso Dharmokusumo dilahirkan tanggal 5 Februari 1923 di Sragen, Surakarta, Jawa Tengah. Pendidikan tertingginya hanya sampai MULO (setingkat SMP sekarang), karena sesudah itu Jepang sudah menduduki Indonesia.

Pada masa penjajahan Jepang, Katamso mengikuti pendidikan tentara Peta (Pembela Tanah Air). Usai pendidikan Peta, Katamso diangkat menjadi Budanco atau Komandan Regu. Setahun kemudian, pangkatnya naik lagi menjadi syodanco (Komandan Peleton).
Ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, Pemerintah RI mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Lalu, 5 Oktober 1945, BKR diganti menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Katamso pun ikut serta dalam TKR. Ia diangkat menjadi Komandan Kompi di Klaten. Tidak lama kemudian, pangkatnya menjadi Kapten.
Menumpas Pemberontakan Daerah
Tahun-tahun pertama kemerdekaan, Indonesia masih ramai dengan pemberontakan. Terjadinya hampir merata di seluruh pelosok tanah air. Katamso ikut serta membantu penumpasan berbagai pemberontakan tersebut.
Setelah keamanan pulih, Katamso dipindahkan ke Jakarta. Ia diserahi jabatan sebagai perwira diperbantukan pada Asisten III Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Selain itu, Katamso juga menjadi guru pada berbagai pendidikan Angkatan Darat.
Sejak 1 Agustus 1963, Katamso diangkat sebagai perwira diperbantukan pada Kodam VII/Diponegoro. Empat bulan kemudian dilantik sebagai Komandan Resort Militer (Korem) 072/Pamungkas Kodam VII/Diponegoro.
Sebagai komandan daerah, Katamso selalu berusaha mendekatkan diri dengan rakyat. Namun, bukan hanya rakyat yang mengenalnya, tapi juga orang-orang PKI.
Sepak Terjang PKI di Yogyakarta
Saat itu PKI adalah organisasi yang sepak terjangnya dianggap berbahaya. Itu sebabnya Katamso berusaha memperkuat Resimen Mahasiswa dengan memberikan mereka pelatihan-pelatihan militer.
Namun recananya gagal ketika PKI sudah lebih dahulu mengumumkan terbentuknya Dewan Revolusi melalui Radio Republik Indonesia. Cara yang dilakukan PKI untuk merebut kekuasaan di Yogyakarta adalah dengan menyingkirkan Katamso.
Katamso Diculik
Sore hari pada 2 Oktober 1965, Kolonel Katamso baru saja pulang dari Magelang. Di Yogyakarta, ia dipaksa menandatangani surat yang mendukung Dewan Revolusi. Katamso pun segera memanggil perwira stafnya untuk rapat.
Rupanya, para perwira tersebut sudah dipengaruhi oleh PKI. Sehingga kedatangan mereka ke rumah Katamso bukanlah untuk rapat, tetapi untuk menculiknya.
Di bawah todongan senjata, Katamso dibawa ke Kompleks Batalyon L di desa Kentungan. Enam kilometer dari Yogyakarta.
Pembunuhan PKI terhadap Katamso terjadi malam hari tanggal 2 Oktober 1965. Seperti teman-teman perwira tinggi lainnya di Jakarta, mayat Katamso juga dimasukkan ke dalam sebuah lubang. Selain Katamso, Letnan Kolonel Sugiyono juga turut dimasukkan ke dalam lubang tersebut.
Pencarian terhadap mayat kedua perwira di atas baru selesai pada 21 Oktober. Usai ditemukan, jenazah kedua perwira dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Yogyakarta.
Jasa-jasa Kolonel Katamso membuatnya ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi. Pangkatnya dinaikkan secara anumerta menjadi Brigadir Jenderal.